Oleh: Iftitah Afiat Mulia Insani

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‎يا أَيُّهَا الَّذينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيامُ كَما كُتِبَ عَلَى الَّذينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa” (Q.S. al-Baqarah (2): 183).

Ayat di atas menerangkan, bahwa ibadah puasa bukanlah ibadah yang hanya dikhususkan untuk umat muslim, tapi juga untuk umat-umat terdahulu. Walaupun dalam beberapa hal, bentuk dan cara berpuasanya berbeda-beda, akan tetapi memiliki tujuan dan substansi yang sama, yakni melahirkan generasi bertakwa. Syariat agama-agama sebelumnya nampak secara lahir beragam, akan tetapi jika ditinjau dari sisi batin adalah sama, yaitu bertujuan mengantarkan manusia kepada hakikat tauhid.

Puasa merupakan salah satu ibadah yang bisa menjadikan seorang hamba memiliki derajat yang tinggi. Apalagi jika ditinjau dari filosofi puasa itu sendiri, yaitu memiliki manfaat kebatinan. Di sisi lain, puasa juga memiliki beragam manfaat lainnya, diantaranya:

1. Mensyukuri Nikmat

Filosofi puasa Ramadan yang pertama adalah sebagai wujud rasa mensyukuri nikmat yang diberikan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Puasa diwajibkan kepada seluruh umat Islam setelah Allah Subhanahu wa Ta’ala menerangkan bahwa bulan Ramadan adalah bulan yang mulia, di mana pada bulan Ramadan inilah Al-Qur’an diturunkan. Kemuliaan Al-Qur’an itu nampak dengan mentadaburi nilai-nilai, dari Tuhan Yang Maha Mulia, kepada manusia yang paling mulia (Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa salam), melalui perantara malaikat yang paling mulia (Malaikat Jibril ‘alaihissalam), di bulan yang paling mulia. Dengan diturunkannya Al-Qur’an pada bulan Ramadan, semua umat muslim sudah sepatutnya merayakan hal tersebut dengan mempersiapkan diri dan melakukan ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Oleh karena itu, kita diwajibkan melakukan ibadah puasa pada bulan Ramadan sekaligus sebagai bentuk mensyukuri nikmat yang telah diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada kita selama ini. Dengan melakukan ibadah puasa di bulan Ramadan, kita akan menyadari bahwa sudah banyak limpahan nikmat yang diberikan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan tentunya harus kita syukuri. Jadi, mensyukuri nikmat adalah salah satu filosofi puasa Ramadan yang utama.

2. Menjadi Orang yang Bertakwa

Selanjutnya, salah satu filosofi puasa Ramadan adalah menjadikan orang yang diwajibkan berpuasa agar bertakwa. Yaitu ketakwaan dalam hal mampu mengontrol tubuhnya dari segala larangan dan melakukan beberapa ibadah yang dikhususkan dalam bulan Ramadan, seperti salat tarawih. Selain itu, ibadah-ibadah sunah yang dilakukan di bulan puasa mendapatkan porsi pahala yang lebih banyak dari pada bulan-bulan lainnya. Hal-hal inilah yang menjadi pemicu ketakwaan seseorang di bulan Ramadan. 

3. Mengendalikan Nafsu

Filosofi puasa Ramadan lainnya adalah mengendalikan hawa nafsu. Seluruh umat Islam diwajibkan untuk menahan segala jenis hawa nafsunya selama melakukan ibadah puasa di bulan Ramadan. Baik itu menahan nafsu untuk tidak makan, minum, dan syahwat; dari terbit fajar sampai waktu berbuka. Dengan menjauhi hawa nafsu tadi, maka hikmahnya adalah diharuskannya memperbanyak ibadah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

4. Latihan Keimanan

Filosofi puasa Ramadan selanjutnya adalah untuk melatih keimanan. Dengan berpuasa atau menahan diri dari segala hal-hal yang berbau nafsu, kita diuji sampai manakah kekuatan iman dan ketaatan kita terhadap perintah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan. Disini kejujuran juga menjadi salah satu patokan keimanan seseorang dalam berpuasa di bulan Ramadan, karena tidak ada yang melihat kita ketika secara diam-diam minum di dapur. Hanya kita dan Allah Subhanahu wa Ta’ala saja yang tahu apa yang kita perbuat sehari-harinya. Jadi, jagalah diri kita untuk selalu taat dalam menjalankan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan berpuasa Ramadan.

5. Untuk Kesehatan

Puasa Ramadan juga merupakan bentuk menjaga kesehatan. Karena dengan berpuasa, membuat kita terbiasa untuk mengatur dan menjaga pola makan. Karena perut terkadang menjadi penyebab berbagai macam penyakit, sehingga dengan berpuasa kita bisa menghindarinya. 

6. Menghargai Penderitaan Orang Lain

Filosofi puasa Ramadan satu ini hampir mirip dengan mensyukuri nikmat, yaitu dengan merasakan lapar, kita bisa tahu bagaimana perasaan orang orang lain yang sering mengalami kekurangan ekonomi dan makanan yang mengakibatkan mereka jarang makan, bahkan kekurangan gizi. Hal ini dapat memacu semua umat Islam untuk bersedekah dan saling memberi terhadap sesama. Dengan merasakan kelaparan, seseorang akan lebih menghargai penderitaan orang lain dan menjadi peduli dengan masalah-masalah sosial yang terjadi di sekitarnya. 

7. Mendekatkan Diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala

Filosofi puasa Ramadan yang terakhir tentunya adalah sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dengan melakukan ibadah puasa dan berbagai ibadah lainnya di bulan Ramadan, membuat Allah Subhanahu wa Ta’ala akan lebih dekat dengan kita, sehingga segala permohonan dan doa pasti akan dikabulkan.

Tentu sangat menarik, manfaat yang kita dapatkan ketika melaksanakan ibadah puasa. Dan yang tak kalah penting dalam melakukan suatu ibadah adalah keikhlasan. Sebab, tidak ada artinya berilmu serta beramal, melainkan dengan adanya keikhlasan.

Oleh karena itu, sudah selayaknya bagi kita semua sebagai hamba-Nya untuk terus meng-upgrade niat kita di setiap amalan yang kita kerjakan, dan tentunya hanya demi Allah ta’ala semata. 

Jadi, jangan lupa untuk terus tajdid niatnya ya, Kawan-Kawan!😇

Wallau’alam bishshawwab.

Sumber :

Sidik, Abi Abdul Jabbar. (2023, April 3). Tafsir Surat al-Baqarah Ayat 183: Tentang Falsafah Puasa. Madani News. https://www.madaninews.id/11378/tafsir-surat-al-baqarah-ayat-183-tentang-falsafah-puasa.html 

Abdi, Husnul. (2019, Mei 6). 7 Filosofi Puasa Ramadan Bagi Umat Islam, Ajang Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT. Liputan 6. https://www.liputan6.com/islami/read/3957140/7-filosofi-puasa-ramadan-bagi-umat-islam-ajang-mendekatkan-diri-kepada-allah-swt?page=5

Editor: Tim Kepenulisan Media

Categorized in: